DEMI BESTI (DiabEtes MelItus, mari BErSama kita aTasI)

DEMI BESTI (DiabEtes MelItus, mari BErSama kita aTasI)

DEMI BESTI (DiabEtes MelItus, mari BErSama kita aTasI)

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2020-2024 dikatakan bahwa Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab besar untuk pencapaian target
strategi nasional di bidang kesehatan salah satunya penguatan sistem kesehatan melalui transformasi kesehatan.
Sistem kesehatan Indonesia siap untuk transformasi teknologi kesehatan digital lebih dapat diterima dan
digunakan secara umum dan masyarakat siap untuk melakukan perubahan.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan
prevalensi Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Data World Health Organization (WHO)

menyebutkan bahwa tercatat 422 juta orang di dunia menderita DM atau terjadi peningkatan sekitar 8,5 % pada
populasi orang dewasa dan diperkirakan terdapat 2,2 juta kematian dengan presentase akibat penyakit diabetes
melitus yang terjadi sebelum usia 70 tahun. Menurut International Diabetes Federation (IDF), Indonesia
termasuk 10 negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi tahun 2019.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan
menunjukkan peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5% atau sekitar 20,4 juta orang. Hampir semua provinsi di
Indonesia menunjukan peningkatan prevalensi pada tahun 2013-2019. Sedangkan prevalensi DM di Sumatera
Barat adalah 1,6%. Sementara laporan Riskesdas Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 menunjukkan prevalensi
DM Kota Pariaman 2,23%, tertinggi dari semua kabupaten/kota se Sumatera Barat. Di RSUD dr.Sadikin pada
tahun 2022 terdapat 441 kunjungan pasien dengan diagnosa Diabetes Melitus dari 1677 jumlah pasien
keseluruhan yang berarti prevalensi DM di RSUD dr.Sadikin adalah 26,3%.
Adapun permasalahan yang menjadi faktor terjadinya kondisi ini adalah masih banyak pasien DM yang
belum mengerti dengan penyakitnya, seperti pola makan, olah raga, kontrol gula darah, kepatuhan minum obat
dan efek samping serta komplikasi yang akan terjadi. Selain itu penyampaian informasi dan konsultasi penyakit
khususnya DM kepada pasien dan keluarga belum terlaksana dengan sempurna dikarenakan kurangnya waktu
kontak antara dokter dengan pasien dan keluarga.
Oleh karena itu, dibutuhkan terobosan dalam bentuk inovasi yang disebut dengan DEMI BESTI yang
artinya DiabEtes MelItus, mari BErSama kita aTasI. Inovasi ini berupa pemberian edukasi dan penyampaian
informasi yang intens sehingga pasien benar-benar memahami dan diharapkan kepatuhannya. Dengan adanya
teknologi komunikasi seperti Whatsapp diharapkan pengetahuan pasien DM tentang penyakitnya dapat
ditingkatkan. Selain itu pasien DM yang menjadi objek inovasi juga diikutsertakan dalam kegiatan senam yang
diadakan khusus untuk pasien DM oleh RSUD dr.Sadikin.
Alur pelaksanaan inovasi DEMI BESTI adalah sebagai berikut :

  1. RS membantu dengan memfasilitasi Whatsapp Group DEMI BESTI pada pasien maupun keluarga pasien DM.
  2. Menyelenggarakan senam Diabetes Melitus dilakukan dua kali dalam sebulan setiap hari Jumat minggu kedua dan
    keempat.
  3. Edukasi tentang penyakit kronis terutama tentang Diabetes Melitus setelah dilakukannya senam pagi, serta edukasi
    tentang diet Diabetes Melitus dari bagian gizi RSUD dr Sadikin, sehingga yang didapatkan pasien bukan hanya saja obat,
    tetapi juga kebugaran serta edukasi tentang penyakit ini.
  4. RSUD dr.Sadikin berkomitmen mengurangi faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus pada masyarakat dengan tetap
    memfasilitasi untuk tetap menjaga kebugaran dan kesehatannya agar tetap terkontrol dengan baik secara berkelanjutan.
    Setelah inovasi DEMI BESTI dilakukan, terjadi penurunan prevalensi Diabetes Melitus di RSUD
    dr.Sadikin yang sebelumnya 26,3% di tahun 2022 menjadi 22,3% pada tahun 2023. Hal ini dapat dilihat
    berdasarkan data kunjungan pasien Diabetes Melitus pada tahun 2023 sebanyak 663 kunjungan dari 2969
    total kunjungan. Pasien dengan diagnosa Diabetes Melitus yang sudah terkontrol kadar gula darahnya,
    dikembalikan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/ puskesmas untuk kontrol ulangnya (PRB=
    Program Rujuk Balik), sehingga prevalensi kunjungan DM di RSUD dr.Sadikin terpantau terjadi
    penurunan sebanyak 4%.
    Dari inovasi tersebut dapat dilihat bahwa inovasi ini mampu mengoptimalkan pelayanan kepada
    masyarakat yang lebih baik, meningkatkan kepuasan pada masyarakat karena masyarakat merasa
    dipentingkan dan terlayani dengan baik khususnya untuk pasien DM. Selain itu inovasi ini juga mampu
    menurunkan faktor risiko terkait DM. Dampak dari inovasi ini adalah adanya peningkatan pengetahuan
    dan informasi bagi penderita DM terkait penyakitnya sehingga diharapkan penderita dapat menjaga pola
    hidup sehat serta menjadi pembawa informasi bagi masyarakat sekitarnya agar senantiasa menjaga pola
    hidup sehat.

Leave a Reply

Copyright © 2023